Eksklusif: 5 Cara Melindungi Anak dari Pelaku Penyimpangan Seksual
Eksklusif: 5 Cara Melindungi Anak dari Pelaku Penyimpangan Seksual
Pelaku penyimpangan seksual bisa mengincar anak, sebelum itu terjadi orangtua harus semakin waspada
Pelaku penyimpangan seksual sampai saat ini masih saja mengincar korban-korban baru dan merugikan orang lain. Bahkan pelaku penyimpangan seksual bisa mencari korban yang ada di sekitarnya dengan mudah, termasuk anak-anak. Seseorang dengan perilaku paraphilic disorders perlu diwaspadai karena dapat melakukan tindakannya sewaktu-waktu.
Apa Itu Parafilia?
Parafilia adalah suatu permasalahan yang menyangkut kontrol terhadap impuls. Kondisi ini terjadi baik secara langsung atau intens terhadap fantasi seksual, perilaku yang melibatkan objek, aktivitas serta situasi tertentu yang tidak lazim. Seseorang dengan parafilia selalu memiliki ketertarikan terhadap hubungan seksual. Beberapa jenis gangguan yang perlu diwaspadai oleh orangtua terhadap pelaku penyimpangan seksual antara lain ekshibisionisme, voyeurisme, froteurisme, pedofilia, sadomasokis, sadisme, transvetitisme dan perilaku lainnya. Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt sebagai psikolog klinis yang paham terhadap kesehatan mental seseorang mengatakan bahwa kecanggihan teknologi sekarang dapat memudahkan seseorang mendapatkan paparan atau tema seksual di dunia maya
1. Mengajarkan pendidikan seks sesuai usia anak
Pendidikan seks menjadi sesuatu yang penting diperkenalkan kepada anak-anak, namun tetap perlu disesuaikan dengan usianya. Pendidikan seks ini nantinya akan menjadi bekal tersendiri sebagai sebuah pengetahuan di masa depan. Sumber pertama pendidikan seks untuk anak-anak memang harus dari orangtua, sebelum si Anak mencari informasi tersebut sendiri.
Tak jarang rasa penasaran membuat anak mama cenderung mencari informasi dari teman sebaya atau sumber-sumber lain yang belum tentu akurat. Hal ini perlu dicegah agar meminimalisir dampak buruk yang mungkin saja terjadi, seperti penyimpangan seksual.
Menurut Alexa, orangtua perlu mengajarkan terkait kesehatan reproduksi dan seksual kepada masing-masing anaknya. Mulailah dari bagian-bagian tubuh yang boleh dan memang tidak boleh disentuh oleh orang lain.Terkait pendidikan seks, orangtua perlu mengajarkannya dengan cara yang menyenangkan agar anak juga semakin paham.
“Kemudian, selalu ingatkan anak untuk berkata ‘tidak’ jika diiming-imingi hadiah atau diajak ke suatu tempat oleh orang yang tidak dikenal. Jangan lupa mengajarkan anak untuk melaporkan peristiwa apa saja yang mereka alami setiap hari,” jelas Alexa.
2. Mengajarkan anak untuk berani menolak dan mengatakan kata "tidak"
Anak-anak akan tumbuh menjadi makhluk sosial yang perlahan akan bersosialisasi dengan banyak orang. Hanya saja perlu diingat bahwa tidak semua orang memiliki maksud dan tujuan yang baik. Orangtua perlu memahami bahwa kata-kata penolakan perlu diajarkan kepada anak agar terhindar dari kejahatan atau seseorang dengan penyimpangan seksual. “Ajarkan anak untuk mengatakan tidak, jelaskan bahwa mereka boleh menolak apa yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Ini perlu diajarkan kepada si Anak untuk keamanan dan terhindari dari tindakan yang tak diinginkan,” kata Alexa. Penolakan tersebut bisa diterapkan bila ada orang asing yang bertingkah aneh, bahkan berusaha untuk memberikan iming-iming agar tujuannya dapat tercapai.
3. Berikan informasi kepada anak terkait ciri-ciri predator seksual
Istilah predator seksual memang cukup melekat untuk seseorang yang diartikan suka merendahkan orang lain dari caranya saat berusaha mendapatkan kontak secara seksual. Demi terhindar dari berbagai penyimpangan seksual, anak-anak perlu memahami tanda bahaya yang dapat terjadi di sekelilingnya.
Ini bisa membantu anak lebih peka serta langsung mengambil tindakan saat berada di situasi tersebut. “Orangtua perlu memberikan informasi pada anak tentang adanya bahaya-bahaya yang bisa terjadi di sekeliling, seperti ciri-ciri kondisi yang perlu diwaspadai,” kata Alexa.
Anak mama perlu mewaspadai kondisi-kondisi tertentu, misalnya saja ada orang asing yang terlihat sangat tertarik terkait pembicaraan mengenai masalah seksual. Bahkan pelaku cukup senang melontarkan candaan-candaan yang berbau seksual atau tidak segan untuk menyentuh lawan jenis dengan alasan candaan.
Selain itu, jelaskan pada anak untuk menghindari orang asing yang terlihat terlalu baik walaupun baru kenal atau tidak terlalu mengenalnya. Apalagi jika sudah tidak lagi sungkan untuk menawarkan hal-hal yang personal (mengantar pulang, menemani ketika sendiri dan melakukan beberapa hal yang janggal). Meski anak-anak perlu diberikan edukasi, Alexa mengingatkan agar orangtua tidak perlu terlalu menceritakannya dengan menyeramkan. “Kita bisa menggunakan cerita atau mendongeng dengan tokoh-tokoh yang anak kenali (sebagai si Jahat dan si Baik),” ujar Alexa.
4. Menciptakan kedekatan hubungan yang baik bersama anak
Memiliki kedekatan hubungan yang baik bersama anak memang perlu diusahakan oleh orangtua. Orangtua perlu tetap menjaga komunikasi secara intens setiap hari karena ini berguna untuk mengetahui keadaan dan perasaan anak.Semakin baik hubungan komunikasi di dalam keluarga, si Anak akan terbiasa bercerita kepada orangtuanya tanpa ragu-ragu tentang apa yang sedang dihadapi saat ini. Segala sesuatu akan diceritakan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Apalagi kalau sudah bersifat seperti sebuah ancaman yang bisa merugikan dirinya.
Komunikasi yang berkualitas juga akan mengajarkan si Anak untuk mau berkata jujur dengan perasaannya sendiri. Jangan sampai anak tumbuh tanpa adanya komunikasi dengan baik karena ini akan membuat karakternya menjadi pribadi yang tertutup.
5. Orangtua perlu menjadi pendengar yang baik
Demi melindungi anak-anak dari predator seksual, orangtua perlu menjadi pendengar yang baik. Demi menciptakan hubungan yang hangat memang dibutuhkan komunikasi dua arah. Ini berarti orangtua tidak hanya memberikan instruksi kepada anak saja, namun juga bersikap sebagai pendengar yang baik dan memberikan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi oleh anak.
“Selalu hargai anak bila ia menceritakan sesuatu atau berkata jujur. Hindari menunjukkan respon yang marah dan cemas secara berlebihan karena hanya akan membuat anak takut,” kata Alexa. Alexa pun berharap agar orangtua perlu mendorong anak-anak lebih terbuka terhadap segala pengalaman yang dirasakannya. Setidaknya ini akan membantu orangtua memahami perasaan anak.
“Dengan begitu, orangtua tetap bisa menjaga dan mensupervisi hal-hal yang dialami anak,” tutup Alexa.Itulah beberapa penjelasan yang disampaikan oleh Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt sebagai psikolog klinis agar para orangtua bisa lebih waspada terhadap segala pelaku penyimpangan seksual di sekitar anak. Semoga membantu dan bermanfaat ya, Ma!
Source: https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/fx-dimas-prasetyo/cara-melindungi-anak-dari-pelaku-penyimpangan-seksual?page=all